Pers dan Sihir

749

Lisan bernama mass media, terutama televisi juga sukses meng-gendam kita dengan faham-faham setanis hingga terjadi degradasi makro sebegitu kilat. Mari kita lihat dan bandingkan manusia Indonesia yang lahir setelah dan sebelum kebebasan pers tercetus. Jauh berbeda tingkat kesantunan, kearifan serta kaulitas humanisme kita. Bagaimana tidak demikian jika mulut-mulut manis bernama televisi, buku, koran, tabloid, majalah serta situs internet selalu membisikkan sugesti hipnotis. Seminggu sekali anak sekolah mendapat nasehat guru Pancasila dan guru agama, tetapi sehari semalam mereka mendengar nasehat Si Ifrit untuk membeli anu, memakai tren mode terbaru, ikut hamil di luar nikah, serta segala macam kekurangsantunan dari televisi.

Sihir kata-kata bernama isu global juga telah sukses memutar balik fitnah. Lihatlah bagaimana Paman Sam –yang seorang maling— meneriaki kita maling. Seluruh dunia muttafaqun alaih jika Islam adalah agen penebar teror, padahal kita hanya bermaksud membela diri. Yahudi menjadikan kita sasaran saat latihan menembak, dunia malah menuduh kita sebagai ekstrimis. Seminggu sekali India dan Korut pamer misil nuklir dunia adem ayem, tapi Irak diberangus meski isu senjata pemusnah massal tak pernah terbukti. Hollywood juga selalu memberi nama islami kepada para teroris dalam film-film mereka.

Baca Juga :   Jalur Bromo Via Pasuruan Longsor, 5 Sepeda Motor Tertimbun

Lebih jauh, orang lantas memfitnah Al Qur’an merugikan kemanusiaan karena ayat-ayat tentangqishas, poligami, pembagian harta waris dianggap tidak adil. poligami dituduh melecehkan perempuan tapi kumpul kebo direstui. Mahasiswa dikompor-kompori untuk memperdebatkan kesahihan ribuan hadits, profesor digelitik untuk meragukan kebenaran Qur’an. Orang yang teguh memegang ajaran agama dituduh sok suci, kearifan lokal dianggap kuno sementara yang dari barat, meski ugal-ugalan dianggap lebih beradab. Para pemuda dibius dengan berhala dari dunia hiburan, mode, lifestyle, kuliner serta entertainmentyang disiarkan seakan lebih penting dari pada resep penyembuh AIDS. Lagu-lagu cinta serta ikon-ikon romantisme bahkan pornografi disponsori habis-habisan. Para guru dan orang tua disiplin dituding melanggar hak anak bahkan HAM, beragam mainan mereka jual agar anak-anak kita sibuk. Bahkan susu formula penuh racun berbahaya dibilang bergizi oleh iklan. Eropa yang merontokkan ozon kita yang disuruh menanam pohon. Hmmm, bahaya benar sihir kata-kata. Bahaya benar isu dan wacana!

Baca Juga :   Warga Pasuruan Tangkap Tuyul Pencuri Uang

Selamat Hari Pers.

(Abdur Rozaq)