Jenang Abang Kelulusan

3406

“Durasi paling enak dalam hidup ya masa sekolah itu, le. Gaya, pakai seragam, naik motor, disangoni, ndak mikir biaya, pikiran belum ada beban, bisa dulinan wedokan bahkan bisa njotosi guru dan ngepil juga. Makanya nanti jangan kaget kalau sudah kerja.”

“Kaget kenapa, lik.”

“Lho, alamnya beda, le. Setelah kerja kamu akan tahu mbulete susur. Dunia kerja itu keras, le. Kalau selama ini kamu bisa cengengesan, di dunia kerja nanti kamu bisa nangis.”

“Jangan meden-medeni, lik”

“Siapa yang meden-medeni. Beberapa bulan lagi kamu akan tahu. Setelah lulus dan buat surat lamaran, kamu akan tahu kalau setiap mata pelajaran di sekolah dulu ada gunanya.” Hendri mulai menyimak Firman Murtado. HP-nya diletakkan di meja.

Baca Juga :   Pelaku Begal yang Tewas Dimassa Warga Nguling Berasal dari Probolinggo

“Buat surat lamaran saja, sudah menggunakan materi pelajaran bahasa Indonesia. Kamu sudah bisa membuat surat lamaran kerja dalam bahasa Indonesia?”

“Sudah lupa, lik.”

“Sudah lupa apa belum tahu?”

“Belum tahu, lik.”

“Belum diajari sama gurumu?”

“Ndak tahu, lik.”

“Ndak tahu bagaimana?”

“Saya jarang masuk, lik”

“Kemana?”

“Mbolos, yang sering ya ke warnet, main game.”

“Kira-kira kalau sudah lulus nanti, apa keahlianmu main game berguna di kehidupan nyata?” Hendri terdiam.

“Kamu jurusan informatika, kan?”

“Ya”

“Sudah bisa bikin animasi?”

“Ndak bisa, lik.”

“Lho kamu sekolah belajar apa saja?”

“Gurunya ndak gena, lik.”

“Jangan menyalahkan guru terus, kasihan. Lagi pula makin kuwalat bangsa ini kalau semua orang menyalahkan guru. Yang ndak pokro itu kamu apa gurumu?” Hendri terdiam.

Baca Juga :   Dishub Jatim Amankan Bus Pariwisata Tak Laik Jalan

“Mbuh, lik. Saya jarang masuk sekolah.”

“Lha tiap hari kamu berangkat naik motor? Minta sangu, minta bikinkan sarapan, kamu kemana saja?”

“Main game, lik.”

“He he he, nanti jangan kaget, ya? Kamu sudah memanjakan dirimu saat harusnya dirimu kau siksa dengan kerja keras. Nanti jangan ngersulo kalau kehidupan keji terhadapmu.” Hendri terdiam.

“Selamat datang di kehidupan nyata, le. Hobimu main game, balapan, mengkoleksi dan mempermainkan kimcil, coba-coba pil kucing biar dianggap kekinian, nanti ndak ada gunanya di kehidupan nyata. Selamat datang di dunia persaingan yang keji. Selamat datang di dunia dimana orang ingin nempur beras harus menjual apa saja!”

“Jangan gitu, Mas Firman!”  ujar Hendri.

Baca Juga :   Gandengan Lepas, Truk Gandeng Sasak Pengendara Motor

“Kemarin kamu konvoi, pakai orat-oret seragam dengan cat semprot itu apa maksudnya?”

“Biasa lah, lik. Anak muda. Merayakan kelulusan.”

“Sudah pengumuman kelulusan ta?”

“Secara formal belum.”

“Le, le. Kamu harusnya tirakata sekarang, biar gampang dapat kerja. Lagi pula wong ujian nasional dapat “kunci T “ dan pasti lulus saja pakai corat-coret, konvoi. Ndeso, le. Harusnya kita malu merayakan kelulusan yang bukan asli hasil usaha kita.”

Semua orang terdiam. Jenang Abang dikerubut laler.

“Selametan calon pengangguran, al faaatihah!” gurau Arif, lalu cengengesan.
Penulis : Abdrur Rozaq (wartabromo.com)