Gerakan Ngakak Regional

1368

“Dakwah kan juga butuh sentuhan humor asal proporsional? Contoh suksesnya seperti Mbah Yai Zainuddin MZ dan Kiai Bro Anwar Zahid pemilik jargon Qulhu Ae Lek. Pengajian jadi hidup namun tetap ilmiah.”

“Dulu pernah kok ada kiai yang cara dakwahnya loncat-loncat seperti kera. Tapi kenapa kok ndak sukses, gus?” protes Cak Manap.

“Karena humornya ndak ilmiah. Dibuat-buat dan pengajiannya lebih mirip dagelan. Kalau hanya sebagai pemanis bisa sukses.”

“Kalau ustadz lucu yang tiap pagi berkicau-kicau di TV itu bagaimana?”

“Lucunya hanya di wajah dan posturnya, cak. Itu ndak lucu. Saya malah marah kalau melihatnya. Itu dagelan atas nama dakwah namanya” tegas Gus Hafidz.

Baca Juga :   Kembangkan Tehnologi Busmetik untuk Tingkatkan Produktivitas Udang

“Yang jelas, humor sangat kita perlukan karena hampir setiap orang koleng gara-gara cicilan kredit, wabah laep nasional, gonjang-ganjing bumi datar, sumbu pendek dan hari raya kuda atau entah apa lagi. Manusia yang paling gembira itu ya Mas Firman Murtado. Sebab meski didholimi sama pemerintah, jeragannya di PT Masa Depan Suram bahkan sampai menderita busung lapar, tetap cengengesan. Tapi tolong Cak Manap, jangan nagih utang kopi dan rokok eceran di hadapan banyak orang, Mas Firman Murtado bisa ngambul nanti.”

Penulis : Abdur Rozaq (wartabromo.com)