Umbulan dan Ajian Mati Raga

1625

“Jadi, bukan proyek itu yang sampeyan tangisi?” tanya Firman Murtado.

“Bukan. Kami tak berani menggugat sang Adipati, karena beliau adalah sabda langit. Yang kami tangisi adalah bagaimana jika Umbulan ini benar-benar asat karena seperti yang sampeyan lihat, di atas sana pepohonan ditebangi, gunung digali, akar-akar dicerabut, humus dibakar, satwa dipanggang, bahkan doa-doa dibungkam. Bagaimana jika Umbulan mati raga, membunuh dirinya sendiri seperti Syeh Siti Jenar?”

Firman Murtado tergagap oleh bunyi alarm yang berteriak dari HP di bawah bantalnya. Ia cekekalan terbangun. Ia lihat jam di HP nya pukul tiga dini hari, saat sukma memasuki kebenaran penyaksiannya, mimpi memasuki etape bunga tidur adalah ilham dari Lauhul Mahfudz. “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun,” bisik Firman Murtado kepada kelam.

Baca Juga :   Dirampok Wasit, Persekabpas Kalah Telak di Banjarnegara

Penulis: Abdur Rozaq (Warta Bromo)