10 Tahun “Disekap” Majikan, TKW Asal Tiris-Probolinggo Juga Digaji Kecil

1451

Probolinggo (wartabromo.com) – Kisah pilu dialami oleh Asiyah (39), warga Desa Tulupari, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Selama 10 tahun menjadi TKW di Bahrain, ia sekap dan diberi gaji kecil.

Kepada wartabromo.com, Asiyah menceritakan dirinya menjadi TKW, terbujuk rayuan calo TKW yang datang ke desanya, 2007 silam. Saat itu, ia baru saja bercerai dengan suaminya.

“Saya menerima tawaran bekerja sebagai TKW setelah bercerai dengan suami. Waktu itu pikiran lagi galau dan kalut,” ujarnya saat ditemui di kantor Disnakertrans Kabupaten Probolinggo, Kamis petang (30/11/2017).

Oleh calo itu, ia kemudian dibawa ke sebuah agen TKW di Jakarta. Setelah semua urusan dokumen beres, ia kemudian dikirim ke negara Bahrain. Di negara timur tengah ini, Aisyah mendapat seorang majikan bernama Hasan, seorang guru.

Baca Juga :   Begal Motor Pasuruan 'Andi Tato' Ndlosor Ditembak Polisi

Awal bekerja sebagai pembantu rumah tangga, menurut Asiyah, tidak mendapatkan masalah. Selama hampir dua tahun, ia bekerja seperti biasa.

Nah, Memasuki masa kontraknya habis, dokumen miliknya, berupa pasport dan visa disita oleh majikannya. Selain itu, ia tidak diperbolehkan keluar rumah.

“Terpaksa saya menurutinya. Sebab kalau saya memaksa keluar, takutnya malah tertangkap polisi setempat,” ujarnya.

Walaupun tidak mengalami kekerasan fisik, Asiyah mulai resah. Pekerjaan sebagai asisten rumah tangga semakin berat. Selain itu, ia diberi tugas tambahan untuk mengurus dua anak Hasan yang sudah berkeluarga. Namun masih tinggal satu bangunan dengan majikannya itu.

Selain tekanan batin, Asiyah juga mendapat gaji yang tidak sepadan dengan jumlah seharusnya. Rata-rata gaji sebagai asisten rumah tangga diperkirakan sekitar Rp 5 juta per bulan. Sementara gaji yang diterima Asiyah, hanya Rp.2 juta, gaji ini naik 500 ribu dibanding saat pertama kali bekerja.

Baca Juga :   Haul Kyai Hamid, Penginapan di Kota Pasuruan Full Booked

“Saya tidak bisa keluar dari sana, tak ada kesempatan sama sekali. Untuk nelpon keluarga yang di Indonesia juga sangat sulit. Alhamdulillah, hari ini saya bisa pulang,” kata Aisyah.

Ia baru bisa pulang, setelah pihak keluarga melaporkan kejadian tersebut ke pihak Disnakertrans Kabupaten Probolinggo awal November lalu. “Beruntung, bantuan dari Disnaker bisa cepat, sehingga saudari saya bisa pulang dengan selamat,” tutur Agustini, kerabat Asiyah. (lai/saw)