Padmasana di Gunung Widodaren-Bromo Dibangun Kembali

1928
Pembangunan Libatkan Tokoh Lintas Agama

Tosari (WartaBromo.com) – Sejumlah padmasana di Gunung Widodaren-Bromo dirusak oleh pihak tak bertanggungjawab. Upaya rehabilitasi kemudian dilakukan, bergotong royong membangun tempat persembahyangan umat Hindu suku Tengger itu.

Pembangunan padmasana dilakukan mulai Minggu (22/12/2019) pagi. Dimulai dengan serangkaian ritual persembahan dan doa kepada Sang Pencipta di area Gunung Widodaren, termasuk wilayah Wonokitri tersebut.

Tak berapa lama, puluhan warga bahu membahu kerahkan tenaga, mengangkat batu sampai bahan adonan semen menuju sekitaran Gunung Widodaren.

Dari keterangan, setidaknya empat padmasana bakal dibangun ulang, tentunya dengan bentuk mirip seperti sebelum terjadi perusakan.

Masing-masing dua padmasana di gua Widodaren, padmasana di gua Lanang, dan satu lagi di bagian bawah atau luar gua Widodaren.

Baca Juga :   Aktivitas Kegempaan Meningkat, Semburan Abu Bromo Capai 1.500 Meter

Kegiatan gotong royong ini melibatkan sejumlah pemuka agama, tokoh adat, maupun tokoh agama lainnya.

Tak ketinggalan sejumlah pejabat Muspika, pegiat lingkungan, maupun tokoh lainnya, terlibat dalam proses rehabilitasi sarana peribadatan umat Hindu suku Tengger.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Pasuruan, Irawan mengungkapkan, insiden rusaknya tempat sembahyangan ini, menjadi momentum untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Hyang Widhi.

Malah, menurutnya, umat Hindu dapat lebih mawas diri sekaligus sebagai ruang untuk lebih mengembangkan pikiran positif.

‘Mendekatkan pada Hyang Widhi. Lebih instrospeksi diri bahwa semua yang terjadi bukan dari kegiatan yang sifatnya negatif,” ujar Irawan.

Pastinya umat Hindu tetap bersatu dan tidak pernah memiliki pikiran negatif, terlebih menyikapi dugaan perusakan padmasana.

Baca Juga :   Ke Bromo Wajib Tunjukkan Negatif Antigen

Camat Tosari, Hari Hijroh Saputro menambahkan, bila kerukunan dan kedamaian suku Tengger yang selama ini terjaga tak terganggu dengan peristiwa perusakan.

“Mudah-mudahan itu yang terakhir kalinya, bahwasanya tempat ini adalah tempat suci umat Tengger baik Brang Kulon maupun Brang Wetan,” kata Hari. (ono/ono)