Balita Watuwungkuk Negatif Corona

1350

Kraksaan (wartabromo.com) – Bocah 3,5 tahun asal desa Watuwungkuk, Kecamatan Dringu dinyatakan negatif corona. Jumlah Pasien dalam Pengawasan (PDP) di Kabupaten Probolinggo pun dicatatkan berkurang.

“Dari 2 kali swab, hasilnya negatif dan sudah dipulangkan. Yang bersangkutan ternyata sakit infeksi saluran pernafasan,’ kata Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo dr. Anang Budi Joelijanto, Sabtu (28/3/2020).

Dilanjutkan Anang, sama dengan PDP asal Kelurahan Semampir, Kecamatan Kraksaan yang sudah dipulangkan karena hasil swab menunjukkan negatif virus berbahaya ini.

“Pasien ini bukan sakit dugaan Covid-19, tetapi sakit biasa, saluran pernapasan,” tandasnya.

Peta sebaran kasus Corona (Covid-19) Kabupaten Probolinggo.

Dengan begitu, dari 3 PDP di Kabupaten Probolinggo, 2 PDP sudah dinyatakan negatif dan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Tetapi, dikatakan Anang, kedua pasien itu tetap akan dilakukan pengawasan dari pihak Puskesmas.

Baca Juga :   Koran Online 21 Mei : Agen Travel Bus di Lumajang Dilarang Layani Massa People Power, hingga Ketentuan Pengusaha Pasuruan Saat Beri THR

Sehingga saat ini, tinggal 1 PDP asal Desa Sukapura, Kecamatan Sukapura. Bocah berusia 3 tahun itu sempat dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Namun, kini sudah berada di RSUD Waluyo Jati Kraksaan menjalani perawatan sambil menunggu swab 2.

“Kita pulangkan dan kini dirawat di Waluyojati Kraksaan, dikarenakan RSSA Malang penuh. Hasil swab pertama negatif dan tinggal menunggu hasil swab kedua,” terang pria yang juga Kadinkes Kabupaten Probolinggo tersebut.

Saat ini di Kabupaten Probolinggo posisinya untuk Orang dalam Pemantauan (ODP) sebanyak 103 orang. Kemudian Pasien dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 4 orang.

Dengan keterangan 1 orang masih dalam perawatan, 2 orang sembuh, dan 1 orang meninggal dunia.

Baca Juga :   Dinding Penahan Ambrol, Jembatan Sariwani Diperbaiki Sementara

Di sisi lain, secara prosedur diungkapkan Anang, untuk pelaporan atau tampilan data, memang harus dimunculkan dengan sejumlah keterangan.

“Tetapi dengan keterangan apa sembuh, berapa sembuh, dan berapa positif. Kayak di Jakarta, misalnya sampai 500-an, padahal ada yang sembuh, harusnya dikurangi tetapi yang muncul tetap 500-an. Nanti ditotal angka kesakitan tidak dihapus. Protokol surveilansnya memang seperti itu,” beber Anang. (saw/saw)