Viral Tornado Api di Kawasan TNBTS, BMKG: Itu Debu Setan

200

Probolinggo (WartaBromo.com) – Sebuah video yang memperlihatkan angin kencang bergulung-gulung membuat api di kawasan TNBTS berkobar semakin besar. Hal ini pun viral dan warganet menyebutnya tornado api.

Hal itu disangkal oleh BMKG Juanda. Menurut keterangan resmi BMKG Juanda dalam postingan di akun Twitternya, menyebut bahwa fenomena tersebut adalah Dust Devil.

“Nah itu bukan puting beliung api ataupun tornado api ya. Itu adalah DUST DEVIL,” tulis BMKG Juanda @infobmkgjuanda.

Dust Devil atau setan debu sendiri merupakan angin puyuh yang kuat, terbentuk dengan baik, dan relatif berumur pendek. Ukurannya pun beragam dari kecil hingga besar. Gerakan vertikal utama adalah ke atas.

“Dust Devil ini memang sering muncul di saat Musim kemarau. Biasanya muncul di tanah lapang. Kalau Meteomin dulu ngalamin pas lagi main bola pas siang-siang waktu kecil,” lanjutnya.

Baca Juga :   Kebakaran Bromo Merembet Ke Bromo Hillside

Selain itu, BMKG Juanda juga menulis utas terkait siklus Dust Devil tersebut. Mulai dari matahari panaskan permukaan tanah hingga udara panas naik membentuk tekanan rendah dan terjadi Dust Devil.

Siklus Dust Devil

1. Matahari memanaskan permukaan tanah
2. Udara panas naik membentuk tekanan rendah
3. Udara lebih dingin di sekitarnya masuk dalam tekanan rendah dan membuat pusaran sekamin menjulang naik dan bertambah kecepatannya
4. Pusaran angin ini semakin kokoh dan menyedot pasir dan debu di sekitarnya dan menjadi DUST DEVIL

Faktor Penyebab

1. Pemanasan matahari pada permukaan tanah yang cukup intensif
2. Jumlah tutupan awan yang sangat sedikit (cuaca cerah)
3. Banyak debu dan pasir di permukaan tanah
4. Kelembaban rendah
5. Permukaan tanah yang kering

Baca Juga :   Ternyata Foto Pre Wedding yang Picu Kebakaran di Bromo, Tak Kantongi Izin 

Sebagai catatan, BMKG Juanda menulis bahwa Dust Devil biasa muncul pada siang – sore yang cerah, kering dan panas. Dust Devil bisa berlangsung selama beberapa detik atau menit.

“Dust Devil hanya terlihat saat terdapat media pendukung seperti pasir dan debu,” lanjutnya. (lio/may)