Semoga Tuhan Mengampunimu, Penghianatku Sayang…

1433

Manusia telah berkubang dalam jurang nista di bawah derajat binatang, sayangku. Kehormatan tak lagi dipanggul sebagai mahkota, karena isi kepala telah berpindah pada alat kelamin. Bahkan, jika babi dan anjing masih menjunjung sedikit rasa malu, kita, manusia, tak lagi berpanjang nalar demi kepuasan sesuatu yang di bawah perut itu.

Apakah yang kita cari? Bukankah getaran birahi hanya berlangsung sesingkat kedip mata dan tak senikmat bualan iblis rupawan dalam film-film biru itu? Sensasi apakah lagi yang mesti kita cari, padahal uban telah mulai tumbuh di kepala kita? Kenapa kau tak berhenti sejenak di samping ranjang si kecil sebelum berangkat menemui penikam kebahagiaan kita? Bagaimanakah perasaanmu ketika berbaring di samping tubuh amis perampok impian kita, sementara aku dan anak-anak kita terlelap dalam damai? Masih merasa bahwa kami terlelap dalam hangat peluk kesetiaanmu?

Baca Juga :   Wiranto : Saya Tidak Ingin Caleg Hanura Menjadi Raja-raja Kecil

Kepada kalian, para pemuja penghianatan, cukuplah tregedi ini menjadi tamsil. Bahwa iblis selalu memanjakan ilusi dalam kepala kita untuk memperturutkan liarnya hayalan menyesatkan. Bahwa sorga ilegal bernama penghianatan itu, sebenarnya adalah neraka yang menganga tak berdasar jurangnya. Sorga kita di rumah, akan terbakar dalam sekejap saja oleh ranjau laknat yang berselubung kenikmatan semu itu.

Sayangku, semoga, kepergianmu tak percuma dengan tugas sucimu sebagai ayat Tuhan itu. Sebagai peringatan untuk umat yang musyrik menyembah kelamin ini. Aku memaafkanmu, semoga Tuhan juga. (Abdur Rozaq)