Kiamat Buatan (Refleksi Bencana Lokal)

1118

“Banjir, meski hanya selutut, ternyata bisa mempengaruhi stabilitas harga beras karena gagal panen dan permainan harga. Lha kalau sudah beras yang mahal, efeknya bisa merembet kemana-mana. Rentenir makin agresif, perceraian meningkat, perselingkuhan musim, begal makin istiqomah, tengkulak narkoba makin laris, para janda makin menor, lurah pemelihara istri muda bisa gelap mata, anak putus sekolah bertambah, pengamen makin ramai, mbak-mbak di Mangkrengan, Pasar Baru, Karang Anyar, Watu Adem, Gang Sono banyak yang pendatang baru, dan guru swasta bisa gantung diri.” Ustadz Karimun berdecak kagum dengan analisa tukang cukur rambut itu.

“Banyaknya korban dari berbagai bencana yang merenggut korban di kota ini, juga bisa menimbulkan kiamat sosial tak remeh. Banyak orang meninggal, artinya banyak yatim dan janda atau duda. Banyak janda-duda, dikhawatirkan –makin—banyak terjadi penyelewengan. Penyelewengan, bisa menimbulkan perceraian dan perceraian bisa semakin menambah stok janda-duda. Lingkaran setan kiamat sosial itu bisa merembet jadi makin mewabahnya HIV, aborsi, pelenyapan PIL-WIL dan jadi penyebab seretnya rejeki karena perzinahan merajalela.”

Baca Juga :   30 Personel Satpol PP Hanya Mampu Menjaring Satu Wanita Diduga PSK

“Dan jika jumlah yatim bertambah, anak-anak broken home, punk, pengamen, anjal, pelanggan narkoba dan semacamnya akan meningkat. Ini bisa menimbulkan kiamat sosial tak kalah gawat.”

“Dulu, kalau ada berita aneh-aneh pasti terjadi bukan di kota ini. Sekarang kengerian macam apapun bisa terjadi di kota kita, bahkan tak jarang menimpa tetangga atau keluarga kita. Tiap hari di koran kita mendengar berita buruk yang terjadi dekat sekali dengan kita. Hampir tiap hari kita mendengar kabar orang berpulang karena berbagai bencana alam, sosial, ekonomi serta bencana budaya.”

“Kita ini postomnivora. Mahluk pemakan segala-galanya hingga sesuatu yang tak wajar dikonsumsi pun bisa kita gasak. Lha kalau alam sebagai ibu kehidupan kita bumi hangus, apa yang akan kita gasak selanjutnya?”

Baca Juga :   Remaja ABG Tewas Tertimpa Bus 'AKAS'

“Di lain sisi kita sepakat jika perut adalah berhala yang kita sembah –seakan—melebihi Gusti Allah. Tapi anehnya, alam sebagai tumpuan kita binasakan.”

“Membuang popok bayi ke sungai itu panjang lho efeknya. Air sungai menjadi terkontaminasi. Ikan mati, kesuburan tanah hilang, panen jadi tak maksimal, palawija tak bisa ditanam. Kalau sudah begitu semua serba beli. Serba beli tapi penghasilan tak memadai, berbagai kejahatan bisa terjadi karena kita terlanjur konsumtif. Dan sekali lagi ini menjadi labirin kiamat multidimensi.”

Penulis : Abdur Rozaq