Di-PHP, TPP

1153

“Pakai surat resmi aja, mas.”

“Halah, nanti jangan-jangan dibuang ke tempat sampah.”

“Sampeyan ini suudhon terus sama kami.”

“Lha wong selalu dihiananti, di-PHP, bagaimana kami bisa yakin?”

“Pokoknya saya ndak mau kalau hanya laporan lisan.”

“Oke, pak. Tolong ketik rekomendasi saya. Dan jangan  disabotase. Ingat, suara rakyat suara Tuhan! Saya rekomendasikan kepada pemerintah untuk segera membayar tunjangan profesi secepatnya. Kalau bisa PNS-kan seluruh guru swasta biar konsen mengajar, ndak ngajar sambil cari sampingan buat beli beras.”

“Ngawur! Bangkrut negara kalau semua guru diangkat sebagai PNS.”

“Lha wong tukang nguras got saja lama-lama dikasih NIP, kenapa guru yang membantu negara biar rakyat ndak bloon nggak di-PNS-kan? Sampeyan jadi calak begini karena jasa guru, kok?”

Baca Juga :   Aksi Pencuri Motor di Toko Pakaian Terekam CCTV

“Saya birokrat, mas. Bukang calak atau tukang sunat.”

“Sampeyan itu tukang sunat, wong dana TPP saja sampeyan sunat, kok?”

“Ngawur!”

“Begini, pak. Pemerintah itu punya nurani ndak sih?”

“Sampeyan ini……”

“Lha kalau punya nurani, daripada uang negara habis buat pilkada, lalu yang terpilih malah korupsi. Daripada dirampok pejabat atau hambur-hambur ndak jelas, lebih baik buat mbayar guru yang hampir di seluruh negeri menderita busung lapar. Mau produktif dan inovatif bagaimana kalau kurang gizi? Mau konsentrasi ngajar bagaimana kalau nyambi kerja sampingan biar bisa nempur beras? Terus juga, audit perusahaan-perusahaan pendidikan yang pengelolanya makin kaya tapi para gurunya menderita gizi buruk.”

Baca Juga :   Cegah Konten Negatif, Kapolresta Probolinggo Ngopi Bareng Netizen

“Jangan terlalu banyak saran, mas.”

“O, jadi ndak mau dikritik, ya? Kalau memang ndak siap, nulis surat pengajuan pensiun dini saja, pak. Biar produktif kan juga perlu regenerasi? Sudah sepuh itu memang ingatan dan etos kerja cenderung menurun.”

“Saya masih segar bugar dan belum stroke, mas. Wong saya masih sanggup kok ngopeni para janda? Tiap dua minggu sekali pijat ke selatan Pandaan sana. Sampeyan jangan ngapes-ngapesno saya.” Bapak pejabat Urusan Pencerdasan Bangsa menggebrak meja. Firman Murtado sudah nyincing lengan baju. Saling tuding pun terjadi dan braaakkkk!!! Firman Murtado terjatuh dari atas kursi. Kemul dan bantalnya ikut jatuh, Firman Murtado terjaga dari tidurnya. Memang sebatas mimpi, tapi ia sudah lego bisa nduding-nduding bapak tadi. Kalau di alam nyata memang ndak mungkin, ia takut makin dipersulit.

Baca Juga :   Surat Edaran Bawaslu Membuat Ratusan PPL di Probolinggo Gigit Jari

Penulis : Abdur Rozaq (wartabromo.com)