Warga Probolinggo Tak Malu Disebut Miskin

1547

Probolinggo (wartabromo.com) – Jumlah warga miskin di Kabupaten Probolinggo pada 2017 lalu masih berada di angka 20,52 persen, atau sekitar 240 ribu jiwa. Meski demikian, banyak warga mengaku tak malu dikategorikan miskin. Kok?

Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari memaparkan bahwa kondisi angka kemiskinan di Kabupaten Probolinggo menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama. Pasalnya, di akhir tahun 2017, masih tercatat ada sekitar 240 ribu jiwa penduduk atau 20,52 persen, yang tergolong miskin. Meski jumlah itu mengalami penurunan dibanding tahun 2016 yang mencapai 20,98%

“Angka dari BPS, ada sekitar 240 ribu jiwa masyarakat miskin. Semua itu tidak lepas dari mindset masyarakat yang tidak malu mengaku miskin. Meskipun kenyataannya mereka dalam kondisi berkecukupan. Sehingga, pihak desa harus ikut mengubah mindset warganya, untuk tidak senang mengaku miskin,” terangnya.

Baca Juga :   Debit Mengecil, Warga Lumbang Kesulitan Air Bersih

Tantri menjelaskan, dalam pengentasan kemiskinan, strategi terbaik dalah meningkatkan sinergitas antarlembaga. Sebab, tidak mungkin hanya satu OPD yang menanganinya. Nantinya, semua OPD memberikan kontribusi yang nyata untuk pengentasan kemiskinan sesuai tupoksi masing-masing.

Dalam 5 tahun ke dua, masa kepemimpinannya, kemiskinan tetap menjadi prioritas bersama pendidikan dan kesehatan. “Perencanaan ini menjadi kunci dalam pembangunan Kabupaten Probolinggo 5 tahun ke depan. Oleh karena itu, perencanaan harus diperhatikan dan dibuat sebaik mungkin untuk program 5 tahun ke depan,” kata bupati 2 periode ini.

Sementara itu, Kepala BPS Kabupaten Probolinggo Djudjuk Widhilaksana mengatakan, meski terjadi angka penurunan, namun tidak terlalu signifikan. Kasus kemiskinan sendiri, paling banyak berada di daerah dataran tinggi.

Baca Juga :   Pick Up Membawa Belasan Buruh Tani Dihantam Truk, Dua Orang Tewas

“Ada penurunan, tapi tidak signifikan. Tapi, sama-sama masih di angka 240 ribuan. Tahun ini juga turun,” katanya.

Djudjuk, berharap bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada warga harus tepat sasaran. Sehingga, untuk meminimalisir kepala rumah tangga yang dicabut bantuannya, bisa memiliki pekerjaan sendiri. “Soal mindset sendiri, sangat berpengaruh juga dengan angka kemiskinan. Jika mindset masyarakat Kabupaten Probolinggo masih tidak malu mengaku miskin, ya sulit untuk menekan angka kemiskinan,” terang Djudjuk. (cho/saw)