Mengunjungi Kebun Strawberry di Tosari, Wisatawan Bisa Petik Sendiri

334
Kebun strawberry milik Eko di Desa Baledono, Kecamatan Tosari. Di kebun ini, pengunjung bebas memetik. Foto: Kamilio.

Laporan: Kamilio, Tosari

TIDAK sulit untuk menemukan kebun strawberry ini. Itu karena lokasinya tak jauh dari jalan raya menuju Bromo dari Pasuruan, tepat di selatan Balai Desa Baledono, Kecamatan Tosari.

Memiliki luas lahan sekitar 1.542 meter persegi, kebun yang dibudidayakan sejak akhir tahun lalu itu cocok menjadi destinasi alternatif saat ke Gunung Bromo. Apalagi, di kebun ini, pengunjuk bisa merasakan sensasi memetik sendiri buah strawberry.

“Untuk masuk  tidak dipungut biaya, gratis,” ujar M. Iqbal Ghozali (26), pengunjung asal Kelurahan Petahunan, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan saat ditemui di lokasi. 

Ya, untuk masuk, pengunjung memang tidak dikenakan biaya sama sekali. Namun, untuk membawa pulang, wisatawan harus membayar Rp. 70 ribu per kilogram.

Baca Juga :   Pasar Terbakar, Pedagang Selamatkan Barang Dagangan

“Rasanya enak, manis dan buahnya besar-besar. Hasil bumi yang patut didukung,” ujar Iqbal menceritakan pengalaman memetik langsung buah strawberry itu, akhir bulan lalu.

Nevian Eko Purnomo (31), sang pemilik kebun mengaku mulai membudidayakan  strawberry itu sejak Desember 2022 silam. Semula, keputusannya untuk membudidayakan buah itu didasari permintaan pasar yang masih besar.

“Per bulan Juli 2023 sekitar 10-15 pengunjung, karena memang masih belum resmi kami buka,” ungkap Eko.

Eko bilang, strawberry yang ia tanam jenis mencir. Varietas ini dinilainya memiliki buah yang lebih besar dengan tekstur daging yang cenderung padat. Yang menarik lagi, rasanya juga manis.

Sejumlah pengunjung memetik buah strawberry di kebun milik Eko.

Cuaca Jadi Tantangan 

Baca Juga :   Kantor Kemenag Kabupaten Pasuruan “Diobok-obok” Kejaksaan hingga Jejak Politik Tantri | Koran Online 2 Sep

Total ada 40.000 bibit strawberry ditanam oleh Eko. Sejak masa tanam hingga panen pertama, Eko memerlukan waktu hingga 2,5 bulan. Setelah itu,  strawberry akan terus berbuah sepanjang waktu. Bahkan, Eko menyebut, dalam sebulan, ia bisa panen 24 hingga 50 kilogram.

Namun demikian, menurut Eko, budadaya tanaman ini tidak mudah. Itu karena cuaca yang kerap tidak menentu. Kadang hujan, kadang juga panas.

“Itu menjadi tantangan utamanya,” jelas Eko. Tak sampai disitu, ia harus melakukan pengecekan berkala agar pohon strawberry tidak terkena hama dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah media tanam. Ia lebih dulu menyiapkan pupuk organik sebelum bibit tanam.

Baca Juga :   Selesai Diperbaiki, Kendaraan Bertonase Besar Dilarang Melintasi Jembatan Kedunglarangan untuk Sementara

“Tidak ada media khusus, namun yang terpenting ada pupuk organik yang mendasari,” imbuhnya.

Ia katakan, strawberry bisa tumbuh maksimal di atas 1500 MDPL. Karena itu, dataran tinggi Bromo dinilai sangat cocok. “Harapannya ini bisa terus dikembangkan,” tutupnya. (asd)