5 Fakta Stasiun Klakah Lumajang, Bangunan Peninggalan Hindia Belanda yang Masih Beroperasi

508
Stasiun Klakah Lumajang
Stasiun Klakah Lumajang. Foto: Syarifudin Abdullah.

Pasuruan (WartaBromo.com) – Stasiun Klakah jadi salah satu tempat untuk warga Lumajang menikmati moda transportasi kereta api. Meski jauh dari pusat kota, tapi penggunanya masih sangat banyak.

Stasiun ini disebut sebagai stasiun tertua di Lumajang. Tak hanya tertua, ada beberapa fakta unik dari stasiun Klakah yang ternyata masih jarang diketahui banyak orang. Apa saja?

Proses Pembangunan Stasiun Klakah 

Berdasarkan catatan sejarah Perkeretaapian Indonesia, Stasiun Kereta Api Klakah awalnya dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pembangunan stasiun dilakukan oleh perusahaan kereta api milik Hindia Belanda, Staatspoorwegen, antara tahun 1884 hingga 1895.

Pembangunan stasiun kereta api Klakah ini dilakukan sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api Pasuruan-Probolinggo-Klakah. Hingga kini stasiun yang terletak di Desa Mlawang, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang itu masih beroperasi.

Baca Juga :   Selip Ban, Bus Pariwisata asal Banyuwangi Terguling di Jatiroto

Merupakan Stasiun Terbesar di Lumajang

Dilansir dari @KAI121_, stasiun Klakah merupakan stasiun terbesar di Lumajang dibandingkan dengan tiga stasiun lainnya yakni Randuagung, Ranuyoso dan Jatiroto. Terletak 15 Kilometer dari pusat kota Lumajang, stasiun Klakah melayani rute jarak jauh.

Jumlah Jalur di Stasiun Klakah

Stasiun Klakah dulunya memiliki beberapa jalur ke arah selatan yang berakhir di stasiun Pasirian. Namun jalur tersebut ditutup sejak tahun 1980 karena rendahnya minat penumpang. Kini stasiun Klakah hanya memiliki 2 jalur operasional sebagai jalur kedatangan dan keberangkatan kereta api.

Meski demikian, beberapa waktu lalu Stasiun Klakah Lumajang resmi jadi pemberhentian KA Pandalungan. Jadi bagi warga yang ingin bepergian ke Jakarta dan rute terkait, sudah bisa naik dan turun melalui Stasiun Klakah Lumajang.

Baca Juga :   Koran Online 14 Ags : Tarif Wanita Lumajang Jajakan Diri di Medsos, hingga Materian SIM Kosong Dikeluhkan Warga

Pemeliharaan Bangunan Stasiun Klakah

Bangunan stasiun Klakah sempat direnovasi pada tahun 2013, termasuk mengganti atap seng, perbaikan lantai, dinding, pintu, serta plafon. Walau begitu, bangunan bersejarah itu tetap mempertahankan desain arsitektur Hindia Belanda.

Diketahui ada masih ada beberapa bangunan peninggalan Hindia Belanda di Lumajang. Seperti Lapas Lumajang hingga rumah di Kebun Teh Gucialit. Beberapa di antaranya telah mengalami pemugaran dan pemeliharaan.

Kebijakan PT KAI untuk Stasiun Klakah

Sebelum kebijakan baru KA Pandalungan resmi diumumkan PT KAI, rupanya ada kebijakan lama yang pernah diterapkan PT KAI di stasiun Klakah. Tepatnya pada 17 Agustus 2013 hingga 6 Mei 2015, PT KAI pernah menerapkan kebijakan bahwa semua KA harus melewati semua stasiun di wilayah Lumajang, untuk membersihkan stasiun dari pedagang asongan.

Baca Juga :   Gerebek Gudang BBM Oplosan hingga Mahasiswa Dibacok saat Mau Beli Bensin | Koran Online 20 Mar

Sebagai tambahan informasi, di bawah naungan PT KAI Daerah Operasi (Daop) IX Jember, stasiun ini masih menempati level kelas 2 di bawah stasiun Kalisat Jember, Jawa Timur.

Meski begitu bolo, saat ini masyarakat Lumajang tidak perlu jauh-jauh ke Jember untuk naik KA Pandalungan ke Jakarta dan kota besar lainnya sesuai dengan rute yang ditempuh. (trs/may)