Penjual Durian Menantang Bahaya di Jalur Maut

1822
Foto: M Rosyidi (wartabromo)

Purwodadi (wartabromo) – Musim durian menjadi berkah baik bagi petani dan penjualnya. Durian yang selalu jadi buruan membuat para petani dan penjual meraup untung.

Ada petani durian yang menjual langsung hasil panen ke tengkulak. Namun tidak sedikit petani yang menjual sendiri. Ada juga yang menjual beberapa biji durian di tepi jalan meski sangat berbahaya.

Di sepanjang Jalan Raya Purwodadi – Purwosari, misalnya, terdapat belasan penjual yang menjajakan durian di pinggir jalan. Demi rupiah, mereka tidak mempedulikan bahaya yang mengancam. Jarak mereka berjualan dengan jalan raya sangat dekat.

Para penjual durian yang rata-rata memetik sendiri dari pohon di pekarangannya ini memilih menjual sendiri karena lebih menguntungkan. Mereka memilih badan jalan di jalur cepat Malang-Surabaya dan berharap pengguna jalan berhenti untuk membeli.

Baca Juga :   ‘Memulung’ Dalam Rumah Warga, Pemuda Lekok Dimassa

Berjualan di pinggir jalan sudah dilakukan warga sekitar sejak lama. Mereka memilih lokasi tersebut karena tidak memiliki bedak dagangan baik di pasar maupun di lokasi strategis lainnya. Berjualan di tepi jalan, bagi mereka, lebih simpel. Dengan menjual sendiri durian dari pohon yang jumlahnya tidak banyak, mereka juga mengaku lebih untung daripada dijual ke tengkulak.

Samsul, salah satu pedagang asal Desa Gajahrejo, Kecamatan Purwodadi, mengaku menyadari bahaya yang mengancam. Namun ia mengaku pasrah. “Nggak apa apa mas, kalau memang takdirnya pasti terjadi,” tuturnya, Sabtu (27/2/2016).

Untuk membeli bedak di pasar misalnya, Samsul melanjutnya, dana yang dibutuhkan besar. Sedangkan jika membuat lapak di lokasi tersebut, selain menghabiskan uang juga pasti akan ditertibkan Satpol PP.

Baca Juga :   Demi Pesta Miras, Pemuda Curi Kabel PTKL

“Kalau bedak itu butuh dana banyak, sedangkan dagang seperti ini cukup duduk di pinggir jalan,” kata Samsul.

Selain Samsul ada sepuluh lebih pedagang yang berjualan di sepanjang jalan raya yang selama ini dikenal sebagai jalur maut tersebut. Mereka berjualan mulai dari pagi hingga sore hari.

“Setiap musim durian datang saya selalu berjualan disini. Musim sekarang baru 4 bulan saya berjualan,” tambah Samsul.

Selain membahayakan keselamatan penjual, situasi tersebut juga membahayakan pengguna jalan. Jika sebuah mobil berhenti untuk membeli, jalur akan terganggu. (ros/fyd)