Wonosari Impikan Pasar Desa

914

blakraan_salak wonosari-650x450Gondangwetan (wartabromo) – Lahan pertanian dan hasilnya, padi, palawija, salak dan buah-buahan lainnya, hingga aktivitas keseharian warga sebagai pengrajin beberapa kerajinan, merupakan potensi yang bisa diangkat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat setempat.

Namun potensi-potensi yang dimiliki desa tersebut, hingga saat ini masih belum diangkat secara optimal. Lantaran warga tidak memiliki pemasaran atas hasil usaha yang dimilikinya.
Terkait pemasaran tersebut, aparat desa setempat bersama para tokoh masyarakatnya, berkeinginan untuk memiliki sebuah pasar desa. Dengan harapan keberadaan pasar desa tersebut, bisa menjadi sarana untuk memasarkan hasil-hasil produksi unggulan warga.

“Saya dan semua warga, sangat menginginkan memiliki pasar desa sendiri. Agar semua hasil produksi bisa dipasarkan dengan lancar dan makin memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat,” ucap Supriyadi seolah mengigau dalam mimpi tidur siangnya, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Baca Juga :   Pemkot Pasuruan Siapkan Rp 2,3 Miliar Untuk Kelola Limbah Medis

Keinginan Supriyadi selaku kepala desa untuk mengangkat kesejahteraan masyarakatnya adalah hal yang lumrah. Apalagi warganya memiliki ketekunan dan kesungguhan untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik.

Jika dilihat hasil kerajinan warganya seperti kerajinan kaligrafi, lokasi usahanya berada di rumah yang letaknya jauh dari jalan besar. Dan untuk pemasarannya, para pengrajinan mempercayakannya kepada para tengkulak.
Begitu pula dengan hasil produk lainnya seperti kerajinan batik tulis ibu-ibu, mereka tidak punya tempat untuk memajang hasil seni dan kreasi yang dibuatnya untuk bisa dipasarkan.

“Kalau ada pasar desa, hasil produksi warga bisa langsung dipasarkan di lokasi itu. pembelipun juga tidak akan kesulitan lagi mencari lokasi rumah-rumah mereka,” tukas Supriyadi.

Baca Juga :   Tolak PJS Kades, Ibu-Ibu Lurug Kantor Desa Kalirejo

Lebih lanjut disampaikan, dengan adanya pasar desa. Warga bisa menjual langsung hasil produksi pertaniannya di lokasi tersebut. Terutama adalah buah salak maupun jenis buah-buahan lainnya.

“Kasihan warga saya yang terpaksa menjual salak di pinggir jalan untuk menunggu pembeli. Kalau ada pasar desa, mereka bisa menempatinya dan berjualan lebih tertib. Termasuk warga yang mendirikan warung-warung di pinggir jalan, bisa dikumpulkan di pasar desa itu,” terang Supriyadi.

Untuk pendirian pasar desa, diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp 200 juta dan lokasinya juga sudah tersedia. Pihak desa sudah berupaya mengusulkan pembangunan pasar desa tersebut ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasuruan. Namun hingga saat ini masih belum ada signal lampu hijau. (hrj/hrj)