Dana Desa dan Orkes Dangdut

2671

Dalam rangka merespon niat baik Bank Dunia, disahkanlah program dana desa entah atas usul siapa. Tujuannya antara lain, memasang keramik di halaman-halaman pemukiman penduduk, memasang marmer di jalan-jalan desa, memasang PJU di kebon-kebon dan kuburan, menyokong “rapat rutin” para perangkat desa di warung kopi serta tujuan mulia mengurangi angka pengangguran para aktivis dengan diangkat sebagai pendamping.

Karena pentingnya program tersebut dan karena dijunjungnya demokrasi, kepala desa  mengumpulkan para tokoh desa sekalian beberapa “aktivis kampung” untuk bertukar pendapat. Cak Manap juga diundang karena ia dianggap pemegang hak veto segenap informasi di kampung. Warung kopi Cak Manap adalah kantor berita, maka kalau ia tidak diajak berembuk, dikhawatirkan malah memfasilitasi konspirasi kontraproyek.

Firman Murtadho jelas diundang karena rakyat yang satu ini multi talenta. Bukan siapa-siapa, tapi gagasan nyelenehnya bisa mengganggu stabilitas desa kalau ia tidak “dilibatkan”, minimal sebagai jangkep-jangkep. Mahluk ini memiliki bakat untuk menjadi motivator, tukang kipas bahkan kadang-kadang korlap barisan sakit hati. Kepala desa dan para perangkat mencurigainya memiliki tekanan mental setelah bertahun-tahun menjadi pekerja sosial dengan mencerdaskan bangsa namun belum begitu diurus oleh negara.

Baca Juga :   Ingat! Ini Pidana Bagi Penyembelih Sapi Betina Produktif

Ustadz Karimun juga diundang. Sebagai penasehat syariat dan diharap mencari alternatif hukum fikih enteng-entengan. Kepala desa bahkan telah siap “beramah tamah” agar Ustadz Karimun mencari fatwa tentang kehalalan rokok dan kopi yang dibeli dari dana desa.

Mas Bambang, meski sering menjadi figuran, harus diundang karena ia abdi negara. Barangkali nanti bisa memperkuat posisi kepala desa jika rembugan macet.

Ruang pertemuan balai desa telah ramai oleh para undangan. Kopi di ceret dituang pada gelas lalu segera di-ider kepada para undangan rapat. Setelah kepala desa memberi sambutan pendek-pendek dan sedikit kurang ilmiah, rapat resmi dibuka.

Pak Carik memaparkan beberapa program yang akan didanai dengan dana desa.

Baca Juga :   Lima Terduga Teroris Ditangkap di Karangploso Malang

“Kami segenap perangkat sebelumnya telah berembuk, salah satu program yang akan kita lakukan adalah pavingisasi, pembangunan jalan dengan hot mix, pemasangan PJU, pembangunan selokan umum untuk menampung limbah air rumah tangga serta yang paling penting, adalah pengeboran sumur artesis agar masyarakat tak perlu memasang pompa air di rumah. Tapi ini sekedar rembugan kecil. Nah, bapak-bapak dan saudara-saudara sekalian kami undang, adalah dalam rangka urun rembug pelaksanaan program-program tersebut.” Semua yang hadir mulai bisik-bisik.

“Ini sosialisasi apa rembugan, cak?” gerutu Cak Soleh. Cak Sulhan yang diajak ngerasani malah sibuk dengan jajan longgosari.

“Lha kalau sampeyan kurang sepakat, langsung interupsi sana” kata Firman Murtadho, mulai memprovokasi. Cak Soleh yang berkali-kali menjadi tim sukses saat pemilu langsung mekar.

Baca Juga :   Tekan Kecelakaan, Forum Lalulintas Probolinggo Perkuat Edukasi Keselamatan Jalan

“Semua programnya kok hanya membangun infrastruktur, ya? Peningkatan SDM, atau paling tidak meningkatkan taraf ekonomi rakyat, kok belum ada? Kalau rakyat sejahtera kan, insya Allah, anak-anak tidak perlu ngamen tiap malam.” Firman makin menjadi.

“Apalagi program pengeboran sumur artesis itu, air tanah dibuang percuma. Anak cucu kita bagaimana nanti?” Timpal Cak Sulhan setelah menggasak tiga potong jajan longgosari sekaligus. Cak Soleh makin terbakar. Maka sebelum Pak Carik menyelesaikan sosialisasinya, ia sudah mengacungkan tangan.

“Interupsi, Pak Carik!”

Monggo!” jawab Pak Carik seraya ketap-ketip.

“Kami para warga, khususnya saya, kurang setuju dengan kebanyakan program yang panjenengan paparkan tadi.” Kepala Desa langsung mbrabak abang, wajahnya merah padam.