Zonasi Berlaku, Mantan Sekolah Favorit Masih Laku

4005
“Para siswa ini tidak hanya berasal dari zona-nya saja. Tidak semuanya berasal dari wilayah Kota Lumajang. Mereka mencoba peruntungan.”

Laporan Maya Rahma

ZONASI menjadi sorotan akhir-akhir ini. Baik pendaftaran SMA maupun SMP. Pemerataan sekolah pun menjadi pertimbangan penerapan sistem zonasi ini. Namun benarkah efektif?

Menengok pendaftaran di SMP Negeri 1 Lumajang. Salah satu SMP Favorit di Kabupaten Lumajang. Top pada zamannya, karena masuk dalam lingkup Sekolah Unggulan Terpadu bersama 3 sekolah lain yakni SD Tompokersan 3, SMA 2 Lumajang dan SMKN 1 Lumajang.

Percaya atau tidak, yang masuk dalam sekolah-sekolah ini, khususnya SMP 1 dan SMA 2, tergolong siswa dengan kecerdasan otak di atas rata-rata. Dari mana pun, desa atau Kota. Oh iya satu lagi, selain pintar, siswa disana juga terkenal memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, bahasanya sih orang-orang berduit.

Kejayaan ini belum redup sampai sekarang. Terlihat dari antusiasme siswa yang membrudul pada hari pertama pendaftaran. Sampai pukul 10.00 WIB, panitia sudah melepas lebih dari 250an nomor urut pendaftaran. Mereka antre dari pagi. Sebutlah jam 5.30 WIB sudah ada yang megang nomor urut ini. Karena siswa yang daftar pukul 06.30 WIB sudah mendapatkan nomer antrian 125-an. Daebak!

Satu fakta lagi terungkap, ternyata para siswa ini tidak hanya berasal dari zona-nya saja. Tidak semuanya berasal dari wilayah Kota Lumajang.

Baca Juga :   Wah! Pemberi Info Maling Sapi Dapat Hadiah Gaji Kapolres Lumajang

“Saya dari Senduro, mau daftar sambil cari peruntungan. Anak saya Nem-nya bagus. Minta daftar di SMP SUT. Ya saya daftarkan, kali aja komputernya heng, terus anak saya bisa masuk,” ujar salah satu wali murid asal Kecamatan Senduro, yang jaraknya lebih dari 15 kilometer sambil tertawa.

Bukan hanya dari Senduro, siswa dari Kedawung, Gucialit dan Kecamatan-kecamatan lain pun antusias mendaftar di mantan sekolah favorit ini.

Njenengan darimana?” tanya Panitia PPDB SMP 1 Lumajang ke walimurid siswa.

“Dari Kedawung pak, semoga saja bisa keterima disini. Meskipun jauh,” kata bapak-bapak asal Kedawung yang menolak menyebutkan nama.

“Waduh.. Iya monggo pak ini ditulis dulu ya formulirnya. Jangan lupa diisi pilihan keduanya,” jawab Panitia PPDB ini sambil takjub.

Baca Juga :   Pemkab Lumajang Siapkan Tempat Karantina untuk Pemudik, Biaya Hidup Tanggung Sendiri
Proses validasi dokumen pendaftaran.

Bagaimana tidak takjub, mereka para pendaftar ini bersemangat mencari sekolah terbaik untuk anaknya. Mencari sekolah dengan fasilitas yang jelas-jelas sudah tersedia lengkap. Harapannya sama, anak mereka bisa sekolah di tempat favorit meski jauh.

“Yang penting pilihan kedua ditulis. Gak usah bingung daftar ke sekolah lain. Nanti otomatis tercantum di website. Jika misalnya, tidak masuk ke pilihan pertama, bisa pilihan kedua. Yang penting para siswa gak usah bingung apalagi kepikirian,” kata Gangsar Wahyudi, guru SMPN 1 Lumajang sekaligus panitia PPDB.

Terang saja para guru dan panitia menyarankan demikian. Karena si siswa ini galau bukan main, ikut bingung dengan zonasi ini.

“Saya emang pengen daftar di SUT. Dari dulu. Sekolahannya bagus, tempatnya orang pinter-pinter,” kata Syahani, salah satu siswa yang mendaftar di SMPN 1 Lumajang.

Baca Juga :   Jerigen BBM Eceran Bocor, 2 Rumah di Selok Awar-awar Terbakar

Mereka meski masih muda, sudah mulai tertata ingin ke sekolah mana. Apalagi mindset ini sudah tertanam sejak dulu. Sebut saja mendarah daging. Kalau ditanya “sekolah dimana?” dan mereka menjawab “Sekolah di SUT” otomatis nih penanya bakal bilang, “Wah pinter berarti”.

Itu sudah ada sejak dulu. Saya pun pernah merasakan fase itu. Fase bahagia dibilang pinter, padahal ya gak pinter-pinter amat. Tapi ada kebanggaan tersendiri gitu lho. Sekolahnya bagus, fasilitas lengkap, bilingual bahkan trilingual. Yang bagus-bagus deh.