Pesta Untuk Duka

1340

“ Kenapa demikian, karena kepergian Ramadhan merupakan musibah besar bagi kita umat Kanjeng Nabi. Seperti yang kita tahu, saat Ramadhan segenap doa dikabulkan, sedekah diterima, amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan adzab diangkat. Setan dibelenggu. Nafsu dilemahkan. Rahmat, ampunan dan pembebesan dari neraka diturunkan tiap detik, tiap jam, tiap pekan dan tiap etape Ramadhan. Bagaimana mungkin pemberhentian “program” sehebat itu kita rayakan?”, sepi.

“ Dik, Idul Fitri perlu kita kaji lagi kepantasannya untuk kita pesta porai. Boleh saja kita tasyakkuran karena telah ikut puasa, tarawih, tadarrus, sedekah dan entah apalagi meski kita tidak tahu, layak atau tidak dihaturkan di hadirat Gusti Allah. Namun memaksakan diri—sampai mengkredit, meminjam uang beranak-pinak, lembur-lembur sampai berbuka puasa lebih awal—kiranya bukan tindakan bijak”

Baca Juga :   Awal Tahun, Harga Kebutuhan Pokok di Probolinggo Terkoreksi

“ Sudahlah, sabar dulu, Gusti Allah pasti memberi rejeki untuk biaya tasyakkuran Idul Fitri nanti. Barangkali nanti pelanggan potong rambut membludak, barangkali naskah-naskhku banyak termuat dan dewan redaksi menaikkan honornya. Dan tidak usah berharap banyak dari profesiku di PT. Masa Depan Suram. Seperti tahun-tahun sebelumnya, takkan ada THR. Kita tunggu saja THR dari langit”.

“ Selain sabar, coba kita renungkan lagi, apa benar-benar pantas Idul Fitri kita rayakan dengan pesta mahapora?. Pertama, sekali lagi kepergian Ramadhan adalah musibah. Kedua, yakinkah kita benar-benar mendapat Idul Fitri. Ketiga, jangan-jangan lelaku kita selama Ramadhan batal gara-gara nafsu kembali kita tuhankan. Keempat, jangan-jangan selepas Ramadhan kita memekik “Merdeka!” atas segenap pingitan bulan suci yang bagi manusia seperti kita lebih terasa sebagai penjara daripada rahmat?”.

Baca Juga :   Langka, Elpiji Melon di Probolinggo Tembus Rp 25 Ribu

Selesai uraian panjang Ciprut itu istrinya bangkit. Meninggalkannya seraya berujar “Preeeeetttt!!!!!!”.