Netralisir Aura Negatif, Warga Tengger Musnahkan Butokala

1227

Probolinggo (wartabromo.com) – Kabut tebal mengiringi pawai 30 Ogoh-ogoh umat Hindu Tengger di lereng Bromo. Ribuan warga terlibat dalam upacara Tawur Agung atau Kasanga yang digelar di Curah Kendil, Desa Sumber Anom, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, Rabu (6/3/2019).

Meski kabut dan gerimis mengiring, kondisi cuaca tersebut tak menyurutkan langkah umat Hindu ini untuk mengikuti upacara jelang Catur Brata Nyepi, besok. Mereka berduyun-duyun untuk menyaksikan sekaligus membawa beragam Ogoh-ogoh sebagai perlambang butokala, lambang kejahatan yang harus dimusnahkan.

“Jadi berdasarkan keyakinan kita, bahwa Ogoh-ogoh itu melambangkan hal-hal yang negatif. Jadi butakala atau umat ciptaan Tuhan, tapi levelnya di bawah manusia. Jadi kita pada Tawur Kasanga ini, berusaha menetralisir kekuatan-kekuatan negatif agar tidak mengganggu jalannya Catur Brata penyepian besok,” tutur Nestuni Puji Lestari, warga Desa Wonokerso.

Baca Juga :   Koran Online 13 Maret : Video Dump Truk Sasak Pikap Bikin Ngeri, hingga Remaja Berbuat Tak Senonoh ke Tetangga Gara-Gara Film Biru

Berbagai simbol butokala dengan berbagai ukuran diarak warga. Bahkan, simbol-simbol tokoh jahat dalam epik Mahabarata juga ditampilkan. Seperti Sengkuni, salah satu tokoh jahat dalam dunia pewayangan. Dimana Sengkuni adalah tokoh jahat yang suka menghasut untuk berbuat kejahatan atau ketidakbenaran dan dia adalah penyakit dari alam.

“Diharapkan kita lebih instropeksi diri dalam menjalankan dalam kehidupan, khususnya dengan alam semesta. Tokoh-tokoh jahat oleh warga Hindu Tengger menjadi simbolis alam yang terjadi akhir-akhir ini. Menyusul banyaknya penghasut yang mengajak berbuat ketidakbenaran. Terlebih dalam Pemilu yang sebentar lagi dilaksanakan,” ungkap Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Kabupaten Probolinggo, Bambang Suprapto.

Pawai ini diikuti oleh Suku Tengger Brang Wetan di 2 kecamatan, yakni Sumber dan Sukapura. Nantinya Ogoh-ogoh yang sudah diarak keliling desa akan dibakar sebagai simbol penghilangan sifat buruk dan jahat. Yang kemudian muncullah ketentraman di muka bumi.

Baca Juga :   Ini Kantor Tiga SKPD Baru Pemkab Pasuruan

Dalam rangkaian upacara Nyepi tahun baru Saka 1941 ini, ada 4 rangkaian yang dilakukan oleh umat Hindu Tengger. Pertama melakukan Melasti dengan cara mengambil air patirtan dari Bukit Widodaren. Kemudian dilanjutkan upacara Tawur Kesanga atau Tawur Agung.
Setelah itu, upacara Catur Brata Nyepi, Kamis (7/3/2019) besok. Catur brata penyepian terdiri atas amati geni (tidak boleh menyalakan api), amati lelanguan (tidak beramai-ramai) amati lelungan (tidak bepergian) dan amati karya (tidak bekerja). Rangkaian terakhir adalah Ngembak Geni atau menyalakan api. (fng/saw)