Bunuh Diri Meningkat! Mari Bersama Mencegahnya

4394

Tuji menjelaskan, survei yang dilakukan pada 2015 itu memang dilakukan untuk mengukur proporsi kesehatan mental pelajar di Indonesia. Utamanya, yang berkaitan dengan kecenderungan melakukan bunuh diri.

Kegiatan itu melibatkan 10.837 siswa SMP-SLTA dengan rentang usia 12-17 tahun. Para siswa berasal dari 75 sekolah di 68 kabupaten/kota di 26 provinsi.

Di sinilah yang oleh ahli kesehatan mental, Dr. Sandy perlunya lembaga pendidikan berperan. Hasil penelitian yang menyebut kecenderungan bunuh diri di kalangan pelajar tidak bisa dianggap sepele.

Menurut Sandy, gejala gangguan kesehatan mental itu sebenarnya bisa dideteksi sejak dini. Misalnya, cemas tak berkesudahan, menyakiti diri sendiri, topik pembicaraan yang tidak jauh dari soal kematian, dan lain sebagainya.

Baca Juga :   Tahun 2019, Hanya 10 Nelayan Ajukan Asuransi Mandiri

Hanya, bagaimana penanganannya, belum banyak yang memahami. “Inilah pentingnya pendidikan mengenai mental yang sehat. Dan seyogyanya materi itu termasuk menjadi bagian kurikulum pendidikan saat ini. Dengan begitu, angka bunuh diri bisa dicegah. Dan ini menjadi tugas kita bersama. Pemerintah, kita, termasuk media,” jelasnya.

Sandy pun menekankan pentingnya membuka ruang komunikasi jika mendapati seseorang dengan gejala bunuh diri, seperti yang disebutkan di atas. Kesediaan orang-orang di sekitar untuk menanyakan kondisinya diyakininya akan bisa mencegah hal buruk terjadi: bunuh diri. (*) ke halaman awal