Melacak Jejak Semaun di Pasuruan, Ketua Pertama PKI (2)

14682

Anak ketiga dari pernikahannya dengan Valentina, Semaun memberinya nama Rono Semaun, yang pada tahun itu bekerja sebagai wartawan di Uni Soviet. Sementara anak keempat (juga dari Valantina) diberi nama Elena Semaun. Ia disebutkan ikut pulang ke tanah air dan belajar di Fakultas Sastra Djakarta.

Pada 2014 lalu, Gogayelena sempat datang ke makam Semaun untuk nyekar. Meski sempat mampir ke rumahnya, ia mengaku tidak terlalu banyak mengobrol dengannya. Gogayelena lebih banyak berbincang dengan ibunya. Setelah itu, ia tidak tahu lagi apakah Gogayelena pernah kembali ke makam atau tidak.

Selain Gogayelena, Agung juga sempat menceritakan Logiko Piet Sudibdyo. Sepanjang yang ia ketahui, anak pertama Semaun itu tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Selatan. Piet disebutkannya berprofesi sebagai penjual tiket konser-konser besar di Jakarta. Lebih dari itu, ia tidak tahu sama sekali.

Baca Juga :   Gara-gara Buku Aidit, Dua Penggiat Vespa Literasi Diciduk Polisi

Informasi lain tentang anak Semaun juga disebutkan Bonnie Triyana. Di artikel yang sama, Bonnie seakan mengonfirmasi keterangan Agung perihal anak-anak Semaun. Dimana, dari pernikahan pertama Semaun adalah Logiko Sudibyo, dan Axioma. Sedangkan dari pernikahan dengan Valentina, bernama Rono dan Elena yang juga ikut pulang ke Indonesia. Sepertinya, Elena yang dimaksud oleh Bonnie sama dengan Gogayelena yang dimaksud oleh Agung.

Di penghujung hidupnya, Semaun sudah tidak lagi mengurus soal politik, apalagi dengan PKI. Gagasan komunisme yang ia perjuangkan dulu, seakan memudar seiring dengan pengembaraanya dan pengalaman hidupnya.

Moehkardi dalam artikelnya tentang Semaun di Intisari, Oktober 1971, menyebutkan bahwa ketika kembali ke Indonesia tahun 1956, Semaun tidak lagi diterima menjadi bagian dari PKI-nya Aidit. Karena itu, Semaun kemudian masuk menjadi anggota partai Murba yang didirikan oleh Tan Malaka.

Baca Juga :   Melacak Jejak Semaun di Pasuruan, Ketua Pertama PKI (3-Habis)

Pada tahun 1959, Semaun menerima jabatan penting dari Sukarno sebagai wakil ketua Bapekan (Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara) yang diketuai Sultan Hamengkubuwono IX.

Dan di tahun 1961, ia dikukuhkan sebagai Doktor Honoris Causa (HC) dalam bidang Ilmu Ekonomi di Universitas Padjadjaran, Bandung. Ia juga menjadi pengajar sampai akhir hidupnya April 1971. Bahkan Edi Tjahyono menyebut Semaun pasca kembalinya ke Indonesia sebagai “revisionis” atau bergerak ke “kanan”.

Peninggalan yang bisa dipelajari dari pemikiranya tentang ekonomi Indonesia adalah Tenaga Manusia Postulat Teori Ekonomi Terpimpin, semacam disertasi untuk mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa-nya.

Mungkin, ia lah salah satu dari sedikit elite politbiro PKI yang hidup lempeng-lempeng saja dan bersahaja pasca 1965. Kala muda dianggap berbahaya bagi pemerintah kolonial, diasingkan, jauh dari tanah air, kembali ke Indonesia setelah merdeka, ia mengabdikan diri menjadi pengajar dan pengabdi negara. Selamat Jalan, Dr. (Hc). Semaun Prawiroatmodjo.

Baca Juga :   MUI Probolinggo Apresiasi Beslah Buku Aidit, Aktivis Sebut Pelanggaran HAM

Semaun meninggal dengan tenang tanggal 7 April 1971. Sejauh ini belum diketahui penyebabnya, tapi kemungkinan besar memang sudah berumur. Semaun dimakamkan di Gununggangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, di sebelah makam ayah dan ibunya.

Terlepas dari semua stigma negatif tentang PKI, rata-rata warga Desa Gununggangsir menganggap Semaun sebagai orang baik dan tidak terlibat dengan PKI Aidit. Banyak warga sekitar berziarah ke makamnya, dan mengambil pelajaran dari Semaun, sang aktivis pergerakan nasional, ketua PKI pertama, dosen, hingga pejabat publik. (asd)