Idap Penyakit Aneh, Shifa Butuh Uluran Tangan

1738

Lahir normal, Shifa mengalami penyakit aneh. Keterbatasan biaya dan peralatan rumah sakit di Jawa Timur membuat upaya pertolongan tak maksimal.

Laporan: Amal Taufik

BALITA itu bernama Anindia Aulia Shifa. Ia putri pasangan Yhaniar Putrianti-Teguh, warga Perum Pesona III, Kelurahan Sekargadung, Kota Pasuruan.

Sekilas, fisik tubuh balita itu terlihat seperti kebanyakan balita-balita usia 2 tahun lain pada umumnya. Tapi, siapa mengira bila kondisi Shifa tak seperti kelihatannya. Ia seperti tak memiliki tenaga.

Bahkan untuk hanya sekadar menggerakkan tangan, leher, dan mengunyah makanan. Ia hanya bisa telentang di atas kasur, karpet, kursi, dan di dalam gendongan ibunya.

Kepada WartaBromo, Yhaniar bercerita, Shifa lahir dengan tubuh sehat seperti bayi-bayi pada umumnya. Masuk usia 6 bulan, menurut Yhaniar, pertumbuhannya agak terlambat. Seharusnya, bayi di usia itu sudah mulai bisa merangkak dan duduk mandiri, sementara Shifa untuk duduk harus dibantu orang tuanya.

Baca Juga :   Dinkes Kota Pasuruan Catat 31 Bayi Alami Gizi Buruk di Tahun 2017

“Saya langsung konsultasi ke dokter anak. Kata dokter, itu terlambat biasa, dilatih saja setiap hari. Waktu itu memang terlambatnya masih wajar. Bahasa, kognitif dia waktu itu masih sesuai di usianya,” tutur Yhaniar.

Barulah ketika berusia 1 tahun 3 bulan, ada yang janggal pada pertumbuhan Shifa makin kentara. Ketika duduk, Shifa sering jatuh sendiri seperti tak memiliki tenaga untuk menahan tubuhnya. Saat tengkurap pun ia hanya diam, tidak seperti biasanya berguling ke mana-mana.

Yhaniar sudah aware, sebab almarhum putri pertamanya, Raisa, juga mengalami hal yang sama seperti Shifa. Karena itu sejak mulai lahir hingga sekarang, tumbuh kembang Shifa tak pernah lepas dari pantauan dokter anak.

“Karena anaknya nggak mau tengkurap, nggak mau guling-guling, kok diam saja, terus saya bawa ke dokter saraf. Baru itu ketahuan. Kebetulan dokter sarafnya juga pegang kakaknya Shifa dulu,” ujar Yhaniar.

Baca Juga :   Balita di Pasuruan Tewas Dibunuh Ibu Kandungnya

Ketika diperiksa oleh dokter saraf, reflek-reflek Shifa sudah berubah tidak seperti beberapa bulan sebelumnya. Dokter mencurigai balita yang lahir tanggal 25 September 2018 silam itu mengidap metabolism disorder atau kelainan metabolik.

“Kelainan metabolik ini, kalau menurut dokter, apa yang dia konsumsi itu metabolisme dalam tubuhnya nggak normal. Kalau kita kan, racun dibuang, nanti zat-zat yang perlu diserap bisa jadi energi. Kalau kasusnya anak saya ini, apa yang dia makan, numpuk di dalam tubuhnya jadi racun. Kemarin ada cek amoniak di darah, itu tinggi,” terang Yhaniar.

Sejak Desember 2019, setiap 1 bulan sekali Yhaniar bersama suaminya, Teguh, rutin memeriksakan Shifa ke 2 orang dokter, yakni dokter spesialis saraf anak dan dokter nutrisi metabolik anak yang ada di Malang.

Baca Juga :   Pneumokokus, Penyakit Mematikan Kerap Serang Anak Rentan

“Untungnya kami ikut BPJS, sehingga biaya konsultasi dan obat ada yang tercover. Sehinga teringankan. Tapi untuk tes lab-nya harus biaya mandiri, karena ada yang tidak tercover BPJS,” jelasnya.

Pertumbuhan Shifa makin ke sini makin menurun. Ia kembali seperti bayi yang belum genap 1 tahun walaupun secara fisik tubuhnya tumbuh normal. Ia tidak lagi bisa duduk, bicara, dan bahkan bergerak. Untuk makan dan minumnya, Yhaniar mengaturnya berdasarkan jam pagi, siang, dan malam.

Shifa dan almarhum kakaknya, Raisa, mengalami kasus yang sama. Lahir sehat seperti bayi-bayi pada umumnya, namun di usia 1 tahun 3 bulan tumbuh kembangnya mengalami gangguan. Raisa di usia 2 tahun muncul gejala epilepsi. Makin lama penglihatan dan pendengarannya juga makin menurun.

“Kalau kakaknya dulu, pandangan matanya sampai kosong. Telinganya juga tidak bisa dengar. Saya berharap jangan sampai seperti kakaknya,” harap Yhaniar.