Memaknai Kontraksi Ekonomi Kota Pasuruan

2797

Hal yang menarik adalah lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mampu menjadi pengungkit utama perekonomian Kota Pasuruan di masa pandemi, bahkan laju pertumbuhannya mencatatkan nilai tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Peranannya yang cukup besar sebagai supplier kebutuhan akan bahan makanan terutama saat pandemi menjadi salah satu faktor pendorong melajunya lapangan usaha ini. 

Selama masa pandemi, kesehatan juga menjadi prioritas utama bagi masyarakat. Terlebih dengan kampanye 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menjauhi kerumunan) serta menjaga imunitas tubuh turut meningkatkan penggunaan berbagai produk kesehatan yang berdampak pada kinerja lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial untuk tumbuh positif. Selain itu, penambahan insentif pada tenaga medis dan peningkatan pendapatan fasilitas kesehatan sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19 turut memicu kinerja lapangan usaha ini. Sementara kinerja lapangan usaha Informasi dan Komunikasi didorong dengan kebijakan pemerintah yang menerapkan aktivitas belajar dan bekerja dari rumah. ke halaman 2

Suasana di Alun-alun Kota Pasuruan yang menjadi ‘kota mati’ saat malam tahun baru 2021. Foto: Amal Taufik.

Dari sisi demand, pembatasan aktivitas sosial menimbulkan situasi yang dilematis bagi masyarakat karena nyatanya turut menggerus daya beli masyarakat. Tercatat, PDRB perkapita penduduk Kota Pasuruan mengalami penurunan, yaitu dari Rp41,36 juta (2019) menjadi Rp39,92 juta (2020). Penurunan ini salah satunya disebabkan karena meningkatnya angka pengangguran. 

Baca Juga :   Ini Tarif Ojek Online Terbaru, Catat ya!

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2020 menunjukkan, bahwa Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) Kota Pasuruan melonjak menjadi 6,33 persen dari 5,06 persen pada Agustus 2019. Dari total penduduk usia kerja 154.895 orang, sekitar 14,01 persen merasakan terdampak pandemi Covid-19. Adapun dampak terbesar yang dirasakan oleh sebagian besar pekerja berupa pengurangan jam kerja (78,92 persen), sementara tidak bekerja (12,94 persen), dan menjadi pengangguran (5,53 persen).

Untuk meredam dampak pandemi agar tidak berkelanjutan dan sebagai upaya untuk pemulihan perekonomian, maka Pemerintah Kota Pasuruan perlu bekerja keras. Di antaranya dengan menggenjot pengeluaran pemerintah untuk menstimulus perekonomian. Berkaca pada realisasi belanja Pemerintah Kota Pasuruan tahun lalu yang belum sepenuhnya terserap yaitu hanya 78,93 persen dari anggaran, maka seyogyanya pengeluaran pemerintah dapat dioptimalkan agar mendorong pemulihan perekonomian.

Baca Juga :   Tiga Murid yang Reaktif Swab Antigen, Terkonfirmasi Covid-19

Eskalasi daya beli masyarakat hendaknya menjadi prioritas utama karena dari sisi demand lebih dari separuh penyokong perekonomian adalah konsumsi rumah tangga. Beberapa program seperti jaring pengaman sosial untuk rumah tangga miskin dan Program Penanganan Covid dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) untuk pelaku usaha. Utamanya UMKM yang masih terus berlangsung di tahun 2021 ini, hendaknya selalu dipantau dan dievaluasi secara ketat agar output program sesuai dengan harapan. Hal penting lainnya yaitu penerapan vaksinasi dan disiplin protokol Covid-19. Pemantauan dan pengawasan jalannya vaksinasi diperlukan agar vaksinasi di Kota Pasuruan berjalan lancar dan sukses.

Perekonomian akan sulit untuk pulih jika kesehatan masyarakat akibat pandemi belum tertangani. Namun, segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah (pusat dan daerah) dalam memulihkan perekonomian akan sulit terwujud tanpa support dan kerjasama dari masyarakat. Diperlukan semangat gotong royong dalam membangkitkan perekonomian akibat pandemi Covid-19. ke halaman awal