Manfaatkan Limbah Non B3, Kurangi Ketergantungan Obat dan Pupuk Kimia Untuk Pertanian

1196

Probolinggo (wartabromo.com) – Dewasa ini, pengelolaan limbah industri menjadi isu global dalam pelestarian lingkungan hidup, tak terkecuali industri pembangkit listrik. Terkait pengelolaan limbah, PT PJB Unit Pembangkitan (UP) Paiton memanfaatkan limbah non B3, mencoba mengurangi ketergantungan obat dan pupuk kimiawi untuk pertanian.

Dengan Program Organik Integrated System (OIS) yang diwujudkan dalam bentuk Pertanian Organik di Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, mampu menghilangkan ketergantungan petani terhadap obat-obatan dan pupuk kimia. Bahkan terjadi peningkatan produktivitas lahan pertanian dari 6,7 ton padi per hektar menjadi 11,6 ton padi per hektar.

Tak hanya itu, sistem pertanian organik juga dikembangkan lahan pekarangan, dalam bentuk budidaya aneka sayuran organik. Ada yang langsung ditanam di tanah, ada yang mengggunakan media polibag, serta dalam bentuk hidroponik dengan media paralon. Hasilnya, Sebagian hasil pertanian diolah menjadi aneka makanan dan minuman organik.

Baca Juga :   Ini 3 Penginapan untuk Jamaah Haul Kyai Hamid

Keberhasilan melakukan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya alam, mendapatkan apresiasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Perusahaan plat merah itu, mendapatkan penghargaan PROPER Emas, yaitu penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup. Hal ini membuat PT PJB Unit Pembangkitan (UP) Paiton tercatat sebagai satu-satunya perusahaan di bidang pembangkitan energi listrik di Indonesia yang mendapatkan emas di tahun 2017.

“Kami berharap keberadaan Piala PROPER Emas ini dapat menginspirasi dan memacu semangat pembangkit di Indonesia, khususnya pembangkit yang ada di lingkungan PLN untuk meningkatkan kinerja lingkungan, demi terciptanya hubungan yang harmoni pembangkit listrik dengan lingkungan,” ujar Direktur Utama PJB, Iwan Agung Firstantara, kemarin.

Baca Juga :   Nikmatnya Tape Asli Sukorejo... Legit, Matang Luar Dalam

Iwan mengatakan, selain pemanfaatan limbah non B3, aspek lainnya adalah efisiensi energi. Yakni efisiensi PLTU sebesar 0,5 persen, setara dengan efisiensi energi 141.472,33 Giga Joule (GJ) atau setara Rp 4,5 Miliar per tahun. Hal itu menempatkan pada posisi peringkat ke-4 terbaik dunia dengan intensitas energi 0,00712 GJ atau setara dengan 25,64 GJ/GWh.

Sementara untuk penurunan emisi gas buang, perusahaan ini melakukan condenser cleaning pada saat unit beroperasi normal, bukan saat unit shut down. Walaupun berisiko, program ini tetap dilaksanakan dan berhasil meningkatkan efisiensi termal 0,254 persen, sehingga menghemat pemakaian batu bara dan mengurangi emisi sebesar 15.915,76 ton CO2/tahun.

Upaya lain juga dilakukan untuk menurunkan emisi gas buang adalah dengan modifikasi fin tube boiler. Sehingga berhasil menurunkan emisi 532.933,01 ton CO2/tahun. “Upaya-upaya tersebut menempatkan UP Paiton dalam hal intensitas emisi menduduki peringkat 9 terbaik dunia,” kata Iwan. (saw/saw)